Senin, 10 November 2008

Gunung Gede Pangrango


Satu Menjadi Dua


FPTI News, Sejarah Kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango mempunyai arti penting dalam sejarah konservasi di Indonesia, hingga saat ini kawasan Gunung Gede-Pangrango telah dikenal secara luas, karena daerah ini merupakan yang pertama kali di tetapkan sebagai kawasan cagar alam di Indonesia yakni pada tahun 1889.

Sebelumnya pada tahun 1830 di lereng Gunung Gede Pangrango dibangun Kebun Raya Cibodas yang juga dikenal sebagai tempat penanaman jenis-jenis tumbuhan eksotik yang pertama di Indonesia, sampai abad ke-19 seluruh lereng Gunung Gede masih tertutup hutan yang lebat. Pada waktu Junghun melakukan kunjungan pertama pada tahun 1843, keadaan jalan sudah baik dan sering dilalui

Pada tahun 1925 Kebun Raya Cibodas diperluas ke arah puncak Gunung Gede-Pangrango sebagai kawasan cagar alam dengan luas seluruhnya ± 1.040 hektare. Bersamaan dengan perkembangan di daerah ini, terjadi pula penunjukan-penunjukan baru areal hutan sekitarnya baik sebagai cagar alam, hutan wisata,hutan lindung, hutan produksi, areal perkebunan maupun sebagai tempat permukiman/pertanian.

Pada tanggal 6 Maret 1980, Mentri Pertanian menetapkan kawasan yang meliputi Cagar Alam Cibodas, Cagar Alam Cimungkat, Cagar Alam Gunung Gede-Pangrango, Taman wisata Situgunung dan kawasan TN Gunung Gede-Pangrango.

Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango mempunyai luas 15.196 hektare, secara geografis terletak antara 106°58´ BT dan 5°46´LS, kawasan ini termasuk dalam wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi (Jawa Barat). Kawasan ini dibatasi oleh hutan lindung atau hutan produksi, perkebunan dan tanah milik dan permukiman.

Secara Topografi, Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango merupakan dataran tinggi yang terdiri dari rangkaian gunung berapi, terutama yaitu Gunung Gede (±2.958 m dpl) dan gunung Pangrango ( ±3.019 m dpl), serta beberapa gunung lainnya. Gunung Gede dan Gunung Pangrango ini dihubungkan oleh punggung bukit sepanjang ± 2500 m dengan sisinya membentuk lereng curam berlembah ke arah bawah menuju ke dataran Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Daerah puncak Gunung Gede mempunyai kawah yang lebih tua daripada kawah Gunung Pangrango dengan dinding batu curam. Dinding kawah ini terbuka ke arah timur laut dan merupakan lembah ke arah Sungai Cibatu.

Secara umum kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango merupakan dataran tinggi tanah kering. Sebagian kecil daerah rawa-rawa, yaitu daerah sekitar Cisaat (Rawa Goyonggong) dan tepi Danau Situnggung. Bentuk lapangan berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan kelerengan lapangan antara 25% - 45%, serta variasi ketinggian antara 1.000-3.019 m dpl.

Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango merupakan salah satu daerah terbasah di Pulau Jawa dengan curah hujan rata-rata antara 3.000-4.200 mm/tahun. Musim hujan berlangsung dari Oktober-Mei dan antara Desember-Maret curah hujannya melebihi 400 mm/bulan. Seringkali puncak dan punggung gunung diselimuti awan dan kabut tebal. Suhu kawasan ini berkisar antara 10°C-18°C, semakin keatas suhu makin menurun hingga mencapai kurang dari 10°C dengan kelembaban udara antara 80%-90%.kecepatan angin yang cukup tinggi di puncak gunung, menyebebkan suhu bertambah rendah.

Puncak Gunung Pangrango sedikit sekali menerima sinar matahari dan hampir sepanjang hari tertutup oleh awan. Lereng-lereng di sebelah timur umumnya menerima lebih banyak sinar matahari, karena keadaan cuaca pada pagi hari lebih cerah dibandingkan sore hari. Kadang-kadang terjadi frost (hujan salju rintik-rintik) terutama pada daerah perkebunan teh di lereng selatan.

Pada musim penghujan berhembus angin muson barat daya.Antara Februari-Maret angin berhembus cukup kencang dan sering mengakibatkan robohnya pohon-pohon. Pada musim kemarau berhembus angin muson timur laut dengan kecepatan rendah.

Dikawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ada tiga zona tumbuhan berdasarkan perbedaan tinggi tempat yaitu zona sub montane (ketinggian 1.000-1.500 m dpl), zona montare(1.500-2.900 m dpl) dan zona sub alpine (2.400 m dpl ke atas). Tumbuhan di setiap zona berbeda baik fisik maupun komposisinya. Secara keseluruhan hutan di kawasan ini digolongkan pada tipe hutan tropis.

Di kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango terdapat dua buah alun-alun padang rumput, disepanjang tepi alun-alun tersebut di domonir oleh tumbuhan bunga Edelwiss (Anaphalis javanica), yang sering disebut bunga abadi karena tidak pernah layu. Tumbuhan asli setempat dan sangat jarang antara lain alang-alang. Di kawasan air terjun Cibeureum terdapat liparis muconatus yaitu anggrek asli dari Gn. Gede. dan bersifat endemik (tidak ditemukan di daerah lain)

Dikawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango juga terdapat empat jenis Kera, antara lain adalah Gibbon Jawa/Owa. Satwa endemik di pulau Jawa tersebut hidup berkelompok terdiri dari 2-4 ekor. Penyeberannya terbatas pada daerah tertentu yaitu di lereng sebelah barat daya Cibadak, Gibbon Jawa adalah termasuk binatang langka yang dilindungi.

Selain itu juga diisekitar air terjun Cibodas terdapat jenis Kera Surili yang sangat pemalu dan sulit dilihat. Jenis lainnya adalah Kera (Macaca fascicularis) dan Lutung (Presbytis cristata). Sedangkan satwa lainnya adalah Macan tutul (Panthera pardus), Anjing hutan, Babi hutan dan golongan mamalia kecil serta sejumlah jenis burung.

Cara mencapai Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango sangat mudah, dapat dicapai dari beberapa kota di sekitarnya seperti Jakarta, Bogor, Sukabumi, Cianjur dan Bandung. Jakarta-Cibodas ± 100 km dan Bogor-Cobodas ± 36 km. Cibodas merupakan pintu gerbang utama Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango dapat dicapai dengan mempergunakan berbagai jenis kendaraan.


Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango juga dapat dicapai melalui Cipanas yang terletak pada jaringan jalan raya Jakarta-Bandung untuk kemudian menuju Pacet sampai di pintu gerbang kedua di Gunung Putri. Sedang dari jaringan jalan Jakarta-Bogor-Sukabumi-Cianjur sampai pintu gerbang ketiga di Salabintana yang terletak di sebelah utara Sukabumi berjarak 7 km.


Perjalanan dari Jakarta melalui Bogor menuju Situgunung, yang merupakan pintu gerbang ketiga dari Tamman Nasional Gunung Gede-Pangrango (dengan jarak tempuh sekitar 110 km), dapat dicapai dengan kendaraan roda empat maupun kendaraan roda dua.


Dikawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango juga terdapat obyek wisata yang memiliki daya tarik yang khas untuk berolah raga jalan kaki (hiking), mendaki (climbing), berkemah (camping), memotret (phot hunting), menyaksikan dan menikmati keindahan alam vegetasi komunitas Edelweiss berupa rumput yang sangat indah serta bermalam di puncak Gunung Gede untuk menyaksikan terbitnya matahari pada pagi hari.


Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terdapat Telaga Biru ( 1,5 km dari pintu masuk Cibodas). Disebut Telaga Biru karena airnya biru yang disebabkan oleh sejenis ganggang biru yang hidup didalamnya. Obyek wisata lainnya adalah Rawa Gayonggong yang terletak 1,8 km dari pintu masuk Cibodas.

Di kawasan Taman Nasional Gunung Pangrango juga dapat kita jumpai beberapa air terjun antara lain; air terjun Cibeureum terletak 2,5 km dari pintu masuk Cibodas dan air terjun Salabintana yang terletak 2 km dari pintu masuk Salabintana (Perbawati). Air terjun Salabintana merupakan air terjun paling tinggi alirannya di kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango.

Air terjun yang lainnya yaitu Curug Sawer, Curug Sawer terletak 2 km dari pintu masuk Situgunung. Dalam komplek air terjun Curug Sawer ini terdapat air terjun Cimanaracun yang menjadi daerah pemasok air untuk danau Situgunung. Ditengah perjalanan pendakian terdapat pula sumber air panas yang letaknya 5,2 km dari pintu masuk Cibodas. Sumber air panas diperkirakan berasal dari mata air yang berdekatan dengan kawah Gn. Gede.

Kawah Gn Gede masih aktif, secara periodik mengeluarkan gas yang berbau belerang. Ada tiga buah kawah dalam satu komplek yang berdekatan yaitu Kawah Ratu (paling besar), Kawah Lanang dan Kawah Wadon. Biasanya para pelancong jarang sekali memasuki kawah-kawah yang terdapat di gunung Gede, tetapi hanya menyaksikan dari puncak Gunung gede saja.

Di kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango terdapat dua alun-alun, yaitu alun-alun Suryakencana di lereng Gunung Gede dan Gunung Gumuruh, serta alun-alun Pangrango di lereng Gunung Pangrango. Di alun-alun Suryakencana terdapat tempat berkemah berkapasitas 400 tenda, sedangkan di alun-alun mandalawangi hanya bisa mendirikan 50 tenda. Di kedua alun-alun pendaki dapat menikmati hamparan pemandangan bunga Edelweiss yang bertebaran memutih.

Sementara itu, dataran pegunungan Gunung Gede-Pangrango memiliki pemandangan alam yang sangat indah dan udara nyaman dengan hamparan perkebunan teh di lereng-lerengnya.

Upaya pengelola menyediakan berbagai fasilitas terus dilakukan, antara lain menyediakan wisma tamu, wisma cinta alam, pusat informasi di Cibodas dan pintu gerbang jaga yang ada di Gunung Putri, Salabintana dan Situgunung. Sementara, pondok wisata terletak di Situgunung dan bumi perkemahan di Gunung Putri.


Disediakan juga tempat berteduh (shelter) terdapat di 27 lokasi antara lain di Cibodas 15 buah, di Situgunung 7 buah dan di Gunung Putri 5 buah. MCK terdapat di 10 lokasi antara lain di Cibodas 5 buah, Situgunung 3 buah dan di Gunung Putri dua buah. Adapun fasilitas di luar TN seperti bungalow, losmen, hotel dan lain-lain banyak terdapat di Cisarua, Cimacan, Cipanas, Slabintana dan Cipayung (Kens).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar