Kamis, 21 Januari 2010

Penghijauan di Bon Keke Bersama Masyarakat

Minggu 10 Januari 2010, tim P-WEC, Suporter ProFauna dan masyarakat setempat, melakukan penghijauan di Bon Keke, Dusun Sumberbendo, Kecamatan Dau Malang yang langsung berbatasan dengan hutan. Desa Sumberbendo berada di lereng Gunung Kawi yang terletak di ketinggian 900 meter di atas permukaan laut dengan topografi pegunungan hingga kemiringan 45 derajad.

P-WEC sebagai pusat pendidikan konservasi alam dan satwa liar yang berbatasan langsung dengan Desa Sumberbendo berupaya menghijaukan kembali lahan-lahan kritis yang ada di sekitar P-WEC dan lereng Gunung Kawi.

Berbeda dengan penghijauan yang dilakukan tahun sebelumnya, penghijauan di Bon Keke kali ini ditanami dengan berbagai jenis tanaman kayu seperti kayu mindi (Azadirachta indica), suren (Toona sureni Merr), mahoni (Swietenia mahagoni), kedondong (Spondias dulcis), gmelina (Gmelina arborea), rukem (Flacourtia rukam zoll & mor), alpukat (Persea Americana mill), kupu-kupu (Bauhinia acuminate), jambu biji (Psidium guajava), nangka (Artocarpus heterophyllus) dan mangga (Mangivera indica. Tanaman tersebut merupakan sumbangan dari Jasa Tirta, ProFauna, P-WEC dan Javan Langur Conservation (JLC).

Selain menghijaukan kembali Bon Keke, penghijauan kali ini juga diarahkan untuk menyelamatkan sumber air yang ada di tengah Dusun Sumberbendo. Sebanyak 500 pohon trembesi (Samanea saman) ditanam di daerah aliran sungai (DAS) Sumberbendo, 300 tanaman suren (Toona sureni) dan 100 pohon petai cina (Leucaena leucephala) ditanam di tempat pemakaman umum. Selian itu sebanyak 50 pohon klengkeng (Dimocarpus longan) juga ditanam di areal perkampungan dan 100 pohon durian (Durio zibethinus) ditanam di ladang milik warga.

Jenis tanaman ini dipilih selain memiliki manfaat ekologi ekonomi tetapi juga memiliki perakaran yang kuat dengan tekstur kayu yang keras dan tahan terhadap serangan penyakit selain itu memiliki umur panjang dan mampu hidup di dataran tinggi, sehingga tanaman ini cocok digunakan sebagai tanaman pelindung selain menghasilkan buah yang bermanfaat.

Kelak tanaman ini selain berfungsi untuk mencegah terjadinya erosi, juga akan menguntungkan kehidupan warga desa dan lingkungannya karena masyarakat juga dapat memanfaatkan hasilnya berupa buah nangka. Kelak pemanfaatan hasil buahnya akan diatur dengan kebijakan desa.

Kamis, 07 Januari 2010

KONTINGEN FPTI KABUPATEN BOGOR


Dari kiri atas: TB. Boy Boulder/Lead, Awal Official, Dwi K Boulder, Bowo Official, Chivli Speed, M Iqbal Official. Dari kiri tengah: Elyanto Speed, Reza Speed, Indra Yoga Boulder/Lead, M Fachry Boulder/Lead, Agiel Lead. Dari kiri bawah: Syabudin Speed, Evi Boulder, Nurhalimah Boulder/Lead/Speed, Triyanti Lead/Speed, Dahlia Boulder/Lead/Speed, Caca Boulder, Bim Sigrid Boulder. Foto bersama didepan mess atlet panjat tebing Kabupaten Bogor seusai babak kualifikasi Porda XI Jabar 21-27 Des 2009 Lapangan sempur Kota Bogor dengan perolehan 2 emas, 1 perak, dan 4 perunggu.

Selasa, 29 Desember 2009

Kualifikasi Porda XI Panjat Tebing


Indra Yoga menembus jalur 3 dengan satu kali percobaan di final boulder perorangan putra pada babak kualifikasi Porda XI Jabar (27/12/09) lapangan sempur Kota Bogor.
Koclak, sapaan akrab Indra yang pernah gagal meraih medali pada PON 2008 kini tampil maksimal di nomor boulder dengan perolehan medali emas. Kens

Selasa, 24 November 2009

WANITA PERTAMA PENAKLUK EVEREST MASUK RSJ

FPTI News, Malang benar nasib Clara Sumarwati (44). Pendaki gunung asal Minggiran, Sleman, DIY yang pernah membawa nama Indonesia hingga ke puncak gunung tertinggi di dunia, Puncak Everest, kini terisolisir dari dunia luar lantaran harus mendapat pengobatan di bangsal perawatan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof dr Soeroyo Kota Magelang.

Wanita yang diyakini sebagai perempuan pertama Asia Tenggara yang berhasil menapak di ketinggian 8.848 meter itu mengalami gejala paranoid.

Direktur Medik dan Keperawatan RSJ Prof dr Soerojo Magelang Bella Patriajaya mengatakan, Clara adalah pasien kambuhan yang sudah tiga kali ini menjalani perawatan di RSJ. Gangguan jiwa yang dideritanya beberapa kali kambuh karena dia diduga tidak rutin mengonsumsi obat.

"Namun, sejauh ini, kami belum bisa menyimpulkan faktor pemicu apa yang menyebabkan Clara mengalami gangguan jiwa," kata dia, Senin (12/10/2009).

Clara kali pertama dirawat pada tahun 1997 dan masuk lagi pada tahun 2000. Untuk yang ketiga kalinya, keluarga Clara memasukkan kembali ke RSJ pada 30 Juni 2009. Dia dirawat di bangsal W3 atau Wisma Drupadi.

Dokter yang merawat Clara, dr Hariyono Padmosudiro, menambahkan gejala gangguan kejiwaan pasiennya memperlihatkan kekhawatiran dan ketakutan yang berlebih. Dia selalu diliputi rasa curiga yang tidak berdasar dan tidak realistis pada lingkungan bahkan akibat ketakutannya itu dia cenderung bersikap mengganggu lingkungan sosialnya.

"Meskipun orang lain tidak ada apa-apa, tetapi dianggapnya mau mencelakakannya," jelas dia.

Pemicu tekanan jiwa dari wanita yang sukses mendaki Everest di tahun 2006 setelah dua tahun sebelumnya gagal itu besar kemungkinan karena kekecewaan atas respon sosial lingkungannya.

Orang-orang di sekitarnya dianggap tidak menghargai perjuangannya membawa nama harum bangsa Indonesia. Perasaan itu dipendam dalam kurun waktu yang cukup lama sehingga menyebabkan frustasi berkepanjangan.

"Berdasarkan data yang kami miliki tidak ada faktor keturunan. Rasa kecewa sebagai pencetus meskipun ada latar belakang sebelumnya berupa mental yang rapuh," katanya.

Hariyono menambahkan setelah sekitar dua pekan mendapat perawatan, secara medis kondisi Clara saat ini membaik. Dia sudah bisa berinteraksi dengan lingkungannya secara bagus. Bahkan saat ditemui wartawan di bangsal perawatannya, Clara mampu menuturkan kisah pendakiannya di Everest secara runut.

Lulusan Universitas Atmajaya Jakarta jurusan Psikologi Pendidikan ini juga mengaku masih mempunyai keinginan untuk menaklukan gunung tinggi di luar negeri. Sayangnya, membaiknya kondisi Clara tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial asalnya.

Pihak keluarga menolak membawanya pulang, karena khawatir kumat lagi. Surat penolakan kepulangan tersebut juga dilampiri keterangan dari RT dan RW di tempat Clara tinggal.

Hariyono sendiri berharap, keluarga dan masyarakat sekitar tempat tinggal Clara bersedia menerimanya kembali. "Petugas kami akan berusaha meyakinkan mereka bahwa Clara sudah bisa berperilaku sosial dengan baik dan hal ini perlu mendapat dukungan dari keluarga maupun masyarakat," imbuh dia.

Kisah pilu Clara yang "terdampar" di RSJ ini terjadi secara tak sengaja. Sekitar seminggu yang lalu, beberapa tim penilai pemuda pelopor dari Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga datang ke RSJ Prof dr Soeroyo. Mereka bermaksud menilai Poppy Safitri, wakil kontingen Jawa Tengah untuk lomba pemuda pelopor tingkat nasional, yang diketahui menjadi pengajar kesenian tari di RSJ tersebut.

Salah satu tim penilai ternyata masih mengenali sosok Clara yang pernah diberi penghargaan Bintang Nararya karena membawa nama harum Indonesia di kancah internasional. (Agus Joko/Koran SI/fit)

Minggu, 25 Oktober 2009

Porkab VIII 2009 Cabang Panjat Tebing

Fpti Fasilitasi Atlet

FPTI news, Hingga tulisan ini diturunkan tercatat 10 kecamatan yang telah mengembalikan formulir C pada cabang panjat tebing, diantaranya yaitu Kecamatan Bojong Gede, Cariu, Cibinong, Cileungsi, Citeureup, Kemang, Klapa Nunggal, Tanjung sari, Nanggung, dan Leuwiliang.

Selain itu masih ada 5 Kecamatan yang mempunyai potensi tetapi belum daftar karena belum mendapat dukungan dari pihak kecamatan. Hal tersebut sangat disayangkan, karena akan menghambat minat dan bakat seta perkembangan olahraga panjat tebing di kabupaten Bogor.

Indikasi masalah biaya masih menghantui tiap kecamatan, dikhawatirkan semakin banyaknya cabang olahraga yang dikirim semakin banyak pula biaya yang harus dikeluarkan oleh Kecamatan. Terlebih panjat tebing termasuk cabang eksebisi dan medalinya tidak masuk hitungan.

Fpti kabupaten Bogor memberikan solusi untuk meminimalisir pengeluaran biaya bagi kontingen panjat tebing, yaitu dengan cara memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan atlet yang akan bertanding. Fasilitas yang disediakan yaitu penginapan, makan peserta, perlengkapan manjat, dan kaos peserta.

"Bagi calon peserta yang tidak mendapat dukungan dari kecamatan akan diakomodir oleh Pengcab Fpti, tanpa mendapat dukungan dari pihak kecamatan mereka akan tetap bertanding membawa nama Kecamatan, kata Ketua umum Fpti Kabupaten Bogor Tb.Luthfi syam di tengah-tengah rapat panitia pelaksana Porkab cabang panjat tebing belum lama ini.

Porkab VIII 2009 Cabang Panjat Tebing akan dilaksanakan pada tanggal 30 oktober -3 November 2009 di lapangan Tegar Beriman Pemda setempat. Pada sebelumnya Koni kabupaten Bogor mentapkan tanggal 1 November untuk pelaksanaan Porkab panjat tebing, karena cuaca lagi sering turun hujan maka jadual dimajukan jadi tanggal 31 pembukaan dan tanggal 30 technical meeting (Kens).

Kamis, 15 Oktober 2009

Pahlawan Kesiangan

FPTI News, Kontroversi keberhasilan Clara Sumarwati mencapai puncak Mount Everest telah muncul sejak kepulangannya ke Indonesia. Para pendaki saat itu meragukan Clara telah menjejakkan kaki di puncak gunung tertinggi di dunia itu. Banyak kejanggalan atas klaim Clara.

Muhammad Gunawan, seorang pendaki gunung di era 1996 mengaku melihat beberapa kejanggalan dari bukti-bukti yang diungkapkan Clara. Hal pertama yang membuat pria yang akrab disapa Ogun itu tidak percaya adalah waktu yang dibutuhkan Clara untuk mencapai puncak.

"Dari cerita yang saya dapat, ada beberapa yang menurut saya nggak match," kata Ogun saat berbincang dengan detikcom, Selasa (13/10/2009).

Selain mendapat cerita dari Clara melalui telepon, Ogun juga sempat bertemu dengan Gibang Basuki, anggota Koppasus yang mendampingi Clara mendaki Everest pada 1996. Menurut dia, saat pendakian itu, Clara berpisah dengan Basuki di camp 5. Mereka berpisah selama dua malam.

"Dari cerita itu, saya mulai nggak yakin kalau dia mencapai puncak, karena medan dari camp terakhir sampai puncak itu berat sekali. Masak dia bisa mencapainya dalam waktu 2 malam," kata Ogun.

Ogun mengatakan, sebenarnya medan tersebut bisa saja ditempuh dalam waktu dua malam. Namun orang yang menaklukkan tersebut harus orang yang sudah lihai dan kuat.

"Sedang saya kira, Clara nggak sekuat itu karena selama ini, di antara teman-teman pendaki, dia yang paling lambat. Dia bisa butuh waktu 4 sampai 5 malam," kata pria yang pernah menjadi pelatih Clara saat pendakian Gunung
Acontagua itu.

Kesangsian Ogun terhadap Clara semakin tebal ketika melihat foto-foto Clara selama melakukan pendakian. Menurut dia, dari semua foto yang ada, tidak ada satu pun yang menunjukkan Clara sedang berada di puncak.

"Foto yang dia bilang di puncak, itu bukan di puncak. Itu jalur menuju puncak, antara camp 5 ke ketinggian 7.700 meter," kata Ogun. Puncak Everest sendiri berada di ketinggian 8.848 mdpl.

Ogun mengatakan, mengenai foto yang selalu diklaim foto berada di puncak Everest, dirinya sempat meminta klarifikasi Clara. Saat itu, Clara berjanji akan menampilkan foto tersebut.

"Kan di puncak Everest itu ada semacam tiang puncak, nah di foto Clara tidak ada itu. Saya sempat tanya dan dia bilang akan kasih, tapi sampai sekarang nggak dikasih-kasih juga. Akhirnya saya dengar katanya fotonya terbakar," kata Ogun.

Adanya sertifikat-sertifikat yang dikeluarkan berbagai organisai pendakian yang diperoleh Clara juga tidak dapat menyakinkan Ogun dan para pendaki saat itu. Menurut dia, saksi yang menyaksikan Clara menginjakkan kaki di puncak Everest juga tidak bisa memberikan bukti-bukti yang jelas. "Keterangannya juga lari-lari, nggak jelas," kata Ogun.

Keraguan itu semakin kentara setelah Clara seperti enggan memberikan klarifikasi. "Dia berjanji mau bikin presentasi soal keberhasilan itu, tapi tidak pernah terjadi. Dia seakan lari-lari, tidak mau memberi penjelasan," kata pendaki yang sudah dua kali mencoba menaklukkan Everest itu.

Kontroversi soal pendakian Clara ke Everest itu muncul kembali saat berita soal dirawatnya Clara di rumah sakit jiwa muncul ke media. Pendaki perempuan yang disebut-sebut menjadi perempuan pertama yang menjejakkan kaki di Puncak Everest itu mengalami gangguan jiwa. Konon karena Clara merasa prestasinya tersebut tidak dihargai, meski dia pernah dianugerahi Bintang Nararya oleh pemerintah.

sumber : detiknews

Senin, 31 Agustus 2009

BUDINIAH GALAKAN ESKUL PANJAT TEBING


Ketua Yayasan Budiniah Karanggan yang juga Dewan penasehat Fpti Kabupaten Bogor H. Hengky Suganda (paling kanan) foto bersama siswa/i Budiniah yang mengikuti kegiatan ektra kulikuler panjat tebing di depan wall climbing milik yayasan Budiniah, senin 31/08/09.
Kegiatan ekstra kulikuler panjat tebing terus ditingkatkan disekolah ini, kali ini pembinaan di fokuskan kepada siswa/i yang masih duduk di bangku kelas 1, baik SMP maupun SMA.

Rabu, 26 Agustus 2009

ProFauna Calls for Indonesian Government Action to Fully Enforce the Wildlife Laws at the Skinned an

25 August 2009
Press Release
ProFauna Calls for Indonesian Government Action to Fully Enforce the Wildlife Laws at the Skinned and Stolen Tiger in Rimbo Jambi Zoo, Sumatera

The illegal trade of wildlife parts is more rampant. ProFauna Indonesia, a wildlife protection organization, records that there have been three tigers killed in zoos in Indonesia for the past four months. It seems that there is no more ‘safe place’ for the endangered Sumateran tigers. In the wild, tigers are still being hunted for trade while in zoos; tigers are still threatened as well by the illegal wildlife syndicates.
The latest sadistic case was the skinned and stolen tiger in Rimbo Zoological Garden, Jambi, Sumatera, Indonesia (22 August 2009). The tiger was killed in her cage and the criminals stole most of her carcass which are very lucrative in the black market. The remaining parts left in the cage were her intestines and few ribs.
Almost all of tiger parts are valuable: from fang, claws, skin, and whisker to bones. Based on ProFauna’s survey, the findings uncover the following: a whole body skin of a tiger could fetch 1,000 USD; a fang is 70 USD, a piece of whisker is worth from 12.5 to 30 USD, and a rib costs 25 USD. ProFauna’s latest survey revealed that from 21 locations visited in Sumatera, six of them sold tiger parts. Furthermore, these illegal crimes happen openly in Jambi, Bengkulu, Lampung, Padang, and Palembang Cities.
ProFauna is strongly against such crimes, especially those happen in zoos. The latest stealing in Jambi zoo shows the lack of control and security by the zoo’s authorities. Government should fully enforce the wildlife laws to tackle this illegal wildlife crime and save the remaining big cats.
ProFauna’s campaign officer, Radius Nursidi stated,”The skinned and stolen tiger in Jambi zoo has added the long list of the illegal wildlife crimes in zoos. ProFauna urges the government to fully enforce the laws at this case.” Nursidi added,” ProFauna strongly recommends the government to put moratorium on Indonesian zoos. The government should not permit any new zoo and should instead focus on assisting and monitoring the present zoos”.
Editor’s Notes:
• For more information and images, please contact the International Communication Officer of ProFauna Indonesia, Butet Sitohang, international@profauna.org or mobile: +6281333899741

• ProFauna Indonesia (www.profauna.org) is a wildlife protection organization in Indonesia established since 1994. With the help of it volunteers all over Indonesia, ProFauna works through campaigns, education, trade survey, and wildlife rescue.

Sabtu, 22 Agustus 2009

SEA GAMES 2011

Panjat Tebing Bakal Dilombakan

FPTI News, Pengurus Besar Federasi Panjat Tebing Indonesia (PB FPTI) akan mengusulkan cabang olahraga wall climbing ini bisa dipertandingkan pada SEA Games 2011 saat Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggara pesta olahraga multievent antarnegara Asia Tenggara tersebut.

Ketua Bidang Kepelatihan PB FPTI, Priyanto Budi ketika mendampingi Presiden Panjat Tebing ASEAN, Maman Hermansyah meninjau venues di Semarang, mengatakan, FPTI akan melakukan sosialisasi cabang olahraga ini pada saat General Asembling yang berlangsung di Filipina, 7-8 Maret 2009.

Selama ini, cabang olahraga panjat tebing selalu menjadi cabang olahraga eksibishi yang tidak memperebutkan medali. Makanya, saat Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggara SEA Games 2011 akan dimanfaatkan sebaik mungkin agar bisa dipertandingkan dan memperebutkan medali.

Ia menambahkan, kalau semuanya lancar tentunya Jawa Tengah akan menjadi tempat penyelenggara cabang olahraga wall climbing SEA Games 2011 karena di provinsi ini memiliki venues panjat tebing yang baru dan memiliki standar internasional.

Presiden Panjat Tebing ASEAN, Maman Hermansyah berada di Semarang untuk melihat venues yang dipersiapkan untuk penyelenggaraan kejuaraan panjat tebing ASEAN, 24-27 Juni 2009. “Melihat venues yang ada sekarang ini 90 persen kejuaraan antarnegara Asia Tenggara itu akan digelar di Semarang,” katanya.

Di samping venues yang bagus dan memenuhi syarat ini, kata dia, penunjukan Semarang sebagai tempat penyelenggara kejuaraan ASEAN mendatang karena PB FPTI melihat pembinaan cabang olahraga panjat tebing di Jawa Tengah cukup bagus terbukti atlet Jateng mampu meraih prestasi terbaik di tingkat nasional.

Bahkan, pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII/2008 Kalimantan Timur, atlet panjat tebing Jawa Tengah berhasil meraih tiga medali emas. Prestasi ini cukup bagus mengingat pada pelaksanaan PON-PON sebelumnya gagal menjadi yang terbaik, dan hanya meraih medali perak dan perunggu.

Priyanto Budi menambahkan, pelaksanaan kejuaraan ASEAN ini menunggu bantuan dari pihak sponsor. “Kalau soal venues memang sudah tidak ada masalah, begitu mendapat sponsor, tentu akan langsung kita gelar di Semarang,” katanya.

Selain Semarang, sebenarnya alternatif lainnya adalah Surabaya. “Tetapi melihat venues dan pembinaan yang berhasil di Jateng, maka 90 persen kejuaraan ASEAN ini akan digelar di Semarang,” katanya.

Menurut dia, sampai kini sudah empat negara yang memastikan diri tampil pada kejuaraan wall climbing ASEAN, yaitu Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand, serta Indonesia sebagai tuan rumah.

Dalam kesempatan yang berbeda, Mayjen Hendardji mengatakan Panjat Tebing memiliki peluang menjadi tambang medali untuk menyumbangkan pundi-pundi medali emas bagi kontingen Indonesia pada Sea Games yang akan berlangsung di Indonesia. Demikian ungkapan Mayjen Hendardji Jendral berbintang 2 yang saat ini menduduki sebagai Asisten Pengamanan KASAD yang secara khusus datang ke Pekan Baru untuk menyampaikan makalah yang berjudul "System Kompetisi Yang Efektif" di depan peserta Rakernas FPTI 2009.

SUMSEL JADI TUAN RUMAH PANJAT TEBING SEA GAMES 2011

FPTI News, Empat daerah yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sumatera Selatan ditunjuk menjadi tempat penyelenggaraan SEA Games 2011 yang akan mempertandingkan 30 cabang olahraga.

"Kami targetkan cabang yang akan dipertandingkan tidak lebih dari 30 cabang," kata Sekjen KONI Rosihan Arsyad kepada wartawan di sela-sela Rapat Konsultasi dengan empat daerah tuan rumah SEA Games 2011 di Jakarta, Kamis.

Hadir dalam acara itu KONI DKI Jakarta yang diwakili Sekum Dr. Syaifulloh dan Effendy Anas yang mewakili Pemda DKI, Kabid Binpres KONI Jabar H Toto Subroto dan Drs Rudy Apriliyanto (kepala Disorda) dan Sekum KONI Sumsel Denny Zaenal.

Rosihan mengatakan, rapat membahas daerah yang akan menjadi tempat penyelenggara cabang olahraga. KONI sudah menentukan Jakarta sebagai pembukaan, Sumsel untuk sepak bola, dan Jabar untuk cabang renang.

"Tiap daerah diharapkan berlomba-lomba meyakinkan pada kami tentang kesiapan mereka," katanya menjelaskan jumlah cabang olahraga yang dipertandingkan pada SEA Games 2011 masih dapat berkurang.

Dengan dipercepatnya persiapan ajang multi event ini, menurut dia, daerah yang ditunjuk menjadi tuan rumah harus mempersiapkan paling tidak 15 hal yang harus dipenuhi berkaitan sebagai prasyarat penyelenggaraan tuan rumah, seperti venue, akomodasi hingga sarana dan prasarana.

"Kami akan meninjau venue-venue yang akan digunakan," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya mempersiapkan rencana untuk ajang ini sejak dini dengan sukses penyelenggaraan dan prestasi.

Dengan penyelenggaraan SEA Games 2011 ini, menurut dia, agar daerah yang ditunjuk sebagai tempat penyelenggara dapat memanfaatkan sebagai ajang promosi daerah dan menggalakkan bahwa Indonesia merupakan jantung dunia yang hutannya masih terjaga.

Berikut Daftar cabang yang akan dipertandingkan di Empat Daerah:

1. DKI Jakarta: Sepak bola, balap sepeda, futsal, pencak silat, tenis lapangan, tenis meja, bulutangkis, anggar, judo, layar, kempo, basket.
2. Jawa Barat: renang/selam, taekwondo, kano, layar, perahu naga, dansa, catur, voli pantai indoor, karate, boling, berkuda, balap sepeda/sepeda gunung, bisbol, sofbol.
3. Sumsel: sepak bola, gulat, senam, atletik, angkat berat, angkat besi, renang indah, polo air, panjat tebing.
4. Jawa Tengah: panahan, tinju, biliar, sepak takraw, menembak, biliar dan Para Games.

Sumber : antara.co.id