Rabu, 15 Oktober 2008

Antartika Tanpa Penguin

Kenaikan temperatur dua derajat celsius akan membawa penguin ke jurang kepunahan


FPTI News,
Apa jadinya kalau penguin punah? Antartika akan kehilangan satwa yang selama ini menjadi ikon bagi kontinen tak berpenguhi itu.

Kekhawatiran tentang bakal punahnya unggas itu terungkap dalam laporan yang dirilis oleh World Wildlife Found (WWF) pada kongres konservasi dunia di barcelona, pekan lalu. Separuh dari tiga perempat koloni utama penguin Antartika akan musnah atau tersapu habis jika temperatur global dibiarkan melonjak lebih dari dua derajat celsius. WWF memperediksi perubahan tersebut akan mengancam 50 persen kawasan tempat penguin emperor berkembang biak dan 75 persen kloni penguin adelie.

Sehari sebelum laporan berjudul "Dua derajat celsius is too much" itu dirilis, pemerintah Brasil melancarkan operasi besar-besaran untuk menyelamatkan ratusan penguin subtropis yang "nyasar" ke pantai-pantai negara tropis dan mengemalikannya ke daerah mereka bersarang, yakni di samudra selatan.

Ratusan penguin Magelan itu terdampar dalam kondisi kelelahan, bahkan banyak yuang mati. Para ilmuwan memperkirakan penguin itu tersesat jauh ke utara ketika tengah mencari makan lantaran mengikuti pergeseran populsi mangsanya akibat dampak perubahan iklim.

"Dari beruang kutub di Arktik sampai penguin di Antartika, perubahan iklim telah membawa dampak yang amat merusak bagi semua satwa di seluruh dunia," kata Dr. Sybille Klenzendorf, Direktur Program Konservasi Spesies WWF. "Koloni penguin di Antartikka telah mengalami kemerosotan tajam setelah setengah abad terakhir ketika naiknya temperatur merusak kondisi laut es dan mengganggu akses penguin dalam memperoleh makanan."

Para ilmuan dewan perubahan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan bahwa rata-rata temperatur bumi akan naik lebih dari dua derajat celsius pada akhir abad ini. Kenaikan itu tak terbendung meski berbagai upaya dilakukan untuk memangkas gas rumah kaca. Namun kenaikan itu akan melaju dua kali lebih cepat bila dunia tidak mengubah kebiasaannya.

Bagi manusia, kenaikan temperatur dua derajad Celsius mungkin bisa disiasati dengan menyetel kipas angin agar berputar lebih kencang, atau menurunkan pengatur suhu pada penyejuk udara. Tetapi di Antartika, kenaikan dua derajat Celsius berarti pengurangan luas es yang menutupi Samudra selatan tempat penguin tinggal, makan, dan berkembang biak.

Kenaikan temperatur dua derajat dipastikan bakal mengubah wajah Antartika yang saat ini hanya dihuni ganggang, lumut , mikroba, dan beberapa serangga yang sedianya mampu menghadapi musim dingin Antartika yang membekukan.

Selain mempengaruhi kawasan tempat penguin berkembang biak, penurunan es laut juga berdampak pada ketersediaan krill, sumber pangan vital bagi penguin. Plankton merah dan bertubuh kecil mirip udang yang jumlahnya sempat berlimpah ini juga menopang sebagian besar kehidupan laut lainnya. "Penguin beradaptasi sangat baik dengan kehidupan dan kondisi Antartika yang dingin dan ekstrem," kata Juan Casavelos dari WWF.

Laporan yang di susun berdasarkan riset ilmiah yang dilakukan oleh David Ainley, Joellen Russel, dan Stephanie Jenouvrier dari WWF itu menunjukan bahwa pemanasan yang terjadi saat ini telah menurunkan populasi satwa yang dilindungi itu. "Jika temperatur naik dua derajat lagi, ikon Antartika ini akan sangat terancam, ujarnya.

Suhu rata-rata Antartika, yang dijuluki sebagai kontinen terdingin, sekitar minus 49 derajat celsius. Jauh lebih rendah dibandingkan Arktik. Menurut British Antarctic Survey, temperatur permukaan di sepanjang pantai barat semenanjung Antartika kini naik hampir 2,8 derajat Celsius selama separuh abad terakhir, atau naik beberapa kali lipat dari rata-rata global.

Klenzendorf mencatat, lautan es yag menutupi kawasan itu telah menyusut 40 persen dibandingkan seperempat abad lalu, yang diikuti oleh penurunan populasi penguin. Berdasarkan laporan WWF tahu lalu, populasi penguin adelie anjlok 65 persen selama 25 tahun terakhir, dan satu populasi penguin Emperor merosot separuhnya dalam 50 tahun ini.

Dr. Ricard Moss, Wakil Presiden WWF untuk perubahan iklim, mengatakan dampak perubahan iklim sangat dirasakan di kawasan kutub. "Arktik, semenanjung, Antartika, Kepulauan sub-Antartika, dan samudra selatan menghangat dengan cepat pada tingkat di atas rata-rata global." ujarnya. "Jika kawasan itu terus menghangat, spesies-termasuk penguin dan beruang kutub-yang secara tak langsung berfungsi sebagai pengawas bakal terkena imbasnya. Mereka memberi tahu bahwa kerusakan ekologis dan gelombang kepunahan akibat perubahan iklim tak hanya menimpa kawasan itu, tapi juga keseluruh planet."

Para pejuang konservasi lingkungan mendesak pemerintah setempat agar memperluas jejaring kawasan laut yang dilindungi untuk mengurangi tekanan terhadap penguin kaisar dan kerabatnya. Manajemen krill dan pengelolaan tambak ikan di samudera selatan juga harus diperketat. (Tjandra Dewi/AFP/WWF/IUCN) Koran Tempo edisi Rabu, 15 Oktober 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar