Senin, 21 Juli 2008

Nasib Tebing Gajah Mungkur

FPTI News, Mengingat lokasi tebing Gajah Mungkur yang berada di puncak gunung berapi yang masih aktif yang memiliki tipe strato, yaitu gunung yang mempunyai jarak waktu letusan cukup pendek, antara 10-25 Tahun, sudah barang tentu nasib tebing ini akan sangat terancam dari akibat letusan gunung tersebut. Padahal tebing gajah mungkur merupakan salah satu tebing tinggi di Indonesia yang mempunyai puncak tertinggi sampai 350 meter. Tetapi masih kalah tinggi dengan Batu Unta di Kalimantan Barat atau Parang di Jawa Barat.

Ada beberapa hal yang menarik dari tebing Gajah Mungkur yaitu udara dingin Gunung Kelut, tidak jarang ditemani angin yang menderu sepanjang malam, kabut tebal dan hujan lokal yang seringkali turun di luar perkiraan Badan Meteologi dan Geofisika. Hal inilah yang membuat tebing Gajah Mungkur menarik para pelancong.

Hal yang lebih menarik lagi ialah gempa-gempa kecil (Lini) terkadang mampu menggoyang tebing tersebut saat sedang melakukan pemanjatan. Karena memang posisi tebing mepet sekali dengan kawah Gunung Kelut, dan sumber gempa tadi asalnya dari kawah tersebut. “Apalagi terjadi gempa yang besar atau letusan gunung, mungkin tebing ini sudah amburadul, kata Andri, salah satu rombongan tim.

Aktivitas gunung ini meningkat pada akhir September 2007 dan masih terus berlanjut hingga November Tahun yang sama, ditandai dengan meningkatnya suhu air danau kawah, peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan warna danau kawah dari kehijauan menjadi putih keruh. Status "awas" (tertinggi) dikeluarkan oleh Pusat Vulcanalogi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 16 Oktober 2007 yang berimplikasi penduduk dalam radius 10 km dari gunung (lebih kurang 135.000 jiwa) yang tinggal di lereng gunung tersebut harus mengungsi. Namun letusan tidak terjadi.

Pada tanggal 3 November 2007 sekitar pukul 16.00 suhu air danau melebihi 74 derajat Celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar 40 derajat Celsius, sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak. Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar (lebih dari 35mm) menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak terjadi letusan.

Akibat aktivitas tinggi tersebut, terjadi gejala unik yang baru terjadi dalam sejarah Gunung Kelut. Munculnya asap putih dari tengah danau diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November 2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100m. Para ahli menganggap kubah lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990.

Sejak peristiwa tersebut aktivitas pelepasan energi semakin berkurang dan pada tanggal 8 November 2007 status Gunung Kelut diturunkan menjadi "siaga" (tingkat 3).
Tebing Gajah Mungkur (Gunung Kelut) dapat dicapai melalui rute kediri, ngancar, perkebunan margo mulyo, atau bisa juga lewat blitar. Sebelum gunung kelut meletus pada februari Tahun 1990, kendaraan jenis land rover atau jeep 4x4 bisa naik sampai terowongan sekitar 500 meter dari kawah gunung yang sudah meletus 28 kali sejak tahun 1000 hingga 1990 ini.

Jika Gunung Merapi punya Mbah Maridjan, Gunung Kelut punya Mbah Ronggo. Kedua orang itu sama-sama berstatus juru kuncinya di masing-masing gunung yang masih aktif itu. Tetapi Bedanya, Mbah Ronggo lebih modern.
Rumah Mbah Ronggo mudah dicari. Berada di tepi jalan raya, tidak jauh dari pintu masuk kawasan wisata Gunung Kelut. Namanya juga sudah dikenal sejak masuk Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar ini.
Ketika seluruh warga sekitar Gunung Kelut panik, dan hendak mengungsi, kakek 64 tahun ini justru menuju kawah. Tidak takut? "Mboten, urip ning gunung, mati yo ning gunung (tidak, hidup di gunung, mati ya di gunung)," bebernya.
Apa yang dirasakannya saat itu diakuinya memang jauh berbeda dengan yang dirasakannya pada 1990 lalu. Ketika Gunung Kelud benar-benar meletus. Tapi, dia mengaku tidak akan menyebut kapan gunung itu akan meletus. "Kulo mboten saged ngeramal (Saya tidak bisa meramal)," ujarnya merendah, (kens).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar