Kamis, 15 Oktober 2009

Pahlawan Kesiangan

FPTI News, Kontroversi keberhasilan Clara Sumarwati mencapai puncak Mount Everest telah muncul sejak kepulangannya ke Indonesia. Para pendaki saat itu meragukan Clara telah menjejakkan kaki di puncak gunung tertinggi di dunia itu. Banyak kejanggalan atas klaim Clara.

Muhammad Gunawan, seorang pendaki gunung di era 1996 mengaku melihat beberapa kejanggalan dari bukti-bukti yang diungkapkan Clara. Hal pertama yang membuat pria yang akrab disapa Ogun itu tidak percaya adalah waktu yang dibutuhkan Clara untuk mencapai puncak.

"Dari cerita yang saya dapat, ada beberapa yang menurut saya nggak match," kata Ogun saat berbincang dengan detikcom, Selasa (13/10/2009).

Selain mendapat cerita dari Clara melalui telepon, Ogun juga sempat bertemu dengan Gibang Basuki, anggota Koppasus yang mendampingi Clara mendaki Everest pada 1996. Menurut dia, saat pendakian itu, Clara berpisah dengan Basuki di camp 5. Mereka berpisah selama dua malam.

"Dari cerita itu, saya mulai nggak yakin kalau dia mencapai puncak, karena medan dari camp terakhir sampai puncak itu berat sekali. Masak dia bisa mencapainya dalam waktu 2 malam," kata Ogun.

Ogun mengatakan, sebenarnya medan tersebut bisa saja ditempuh dalam waktu dua malam. Namun orang yang menaklukkan tersebut harus orang yang sudah lihai dan kuat.

"Sedang saya kira, Clara nggak sekuat itu karena selama ini, di antara teman-teman pendaki, dia yang paling lambat. Dia bisa butuh waktu 4 sampai 5 malam," kata pria yang pernah menjadi pelatih Clara saat pendakian Gunung
Acontagua itu.

Kesangsian Ogun terhadap Clara semakin tebal ketika melihat foto-foto Clara selama melakukan pendakian. Menurut dia, dari semua foto yang ada, tidak ada satu pun yang menunjukkan Clara sedang berada di puncak.

"Foto yang dia bilang di puncak, itu bukan di puncak. Itu jalur menuju puncak, antara camp 5 ke ketinggian 7.700 meter," kata Ogun. Puncak Everest sendiri berada di ketinggian 8.848 mdpl.

Ogun mengatakan, mengenai foto yang selalu diklaim foto berada di puncak Everest, dirinya sempat meminta klarifikasi Clara. Saat itu, Clara berjanji akan menampilkan foto tersebut.

"Kan di puncak Everest itu ada semacam tiang puncak, nah di foto Clara tidak ada itu. Saya sempat tanya dan dia bilang akan kasih, tapi sampai sekarang nggak dikasih-kasih juga. Akhirnya saya dengar katanya fotonya terbakar," kata Ogun.

Adanya sertifikat-sertifikat yang dikeluarkan berbagai organisai pendakian yang diperoleh Clara juga tidak dapat menyakinkan Ogun dan para pendaki saat itu. Menurut dia, saksi yang menyaksikan Clara menginjakkan kaki di puncak Everest juga tidak bisa memberikan bukti-bukti yang jelas. "Keterangannya juga lari-lari, nggak jelas," kata Ogun.

Keraguan itu semakin kentara setelah Clara seperti enggan memberikan klarifikasi. "Dia berjanji mau bikin presentasi soal keberhasilan itu, tapi tidak pernah terjadi. Dia seakan lari-lari, tidak mau memberi penjelasan," kata pendaki yang sudah dua kali mencoba menaklukkan Everest itu.

Kontroversi soal pendakian Clara ke Everest itu muncul kembali saat berita soal dirawatnya Clara di rumah sakit jiwa muncul ke media. Pendaki perempuan yang disebut-sebut menjadi perempuan pertama yang menjejakkan kaki di Puncak Everest itu mengalami gangguan jiwa. Konon karena Clara merasa prestasinya tersebut tidak dihargai, meski dia pernah dianugerahi Bintang Nararya oleh pemerintah.

sumber : detiknews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar